Oleh Denny Sakrie (RUMAH MUSIK DENNY SAKRIE-0818417357)
Dian bahagian kini padam sudah
Derai air mata tak putus membasah
("Risau")
Lirik lagu 'Risau' yang menggetarkan sukma, yang pernah dinyanyikan Bing Slamet semasa hidupnya seolah selaras dengan iring-iringan mobil dan motor sepanjang 4 kilometer mengantarkan jenazahnya ke pemakaman Karet siang 18 Desember 1974. Bumi Jakarta basah dengan genangan air mata. ''Jasa Bing Slamet besar sekali, tanpa besluit, tanpa surat keputusan, tanpa kedudukan. [image]
Bing Slamet telah tertanam di hati sanubari kita semua. Dia seorang tokoh, seorang pahlawan kebudayaan,'' ungkap seorang seniman di saat pemakaman Bing Slamet, seperti yang dikutip Sumohadi Marsis dalam buku Album Kenangan Bing Slamet (Gramedia,1975). Titiek Puspa, sahabatnya, mendengar berita duka itu langsung menggurat kata dan melodi tentang Bing, dalam sebuah perjalanan dengan pesawat terbang.
Tiada hari seindah dahulu lagi
Tiada mungkin kembali
Tiada nama seharum namamu lagi
Tiada....tiada Bing lagi.
Semua memang merasa kehilangan sosok seniman komplet itu. Terampil bermain gitar, berbekal suara emas. Piawai menyusun komposisi musik dan ligat dalam seni peran, termasuk melawak.
Bing Slamet adalah penghibur sejati yang sangat memahami hasrat dan keinginan penikmatnya. Simaklah untaian nada dan kata yang dipilihnya menjadi jalinan lagu yang hingga kini masih kita akrabi, meski terkadang ada jaringan yang raib antar generasi perihal eksistensi Bing Slamet. Rasanya, tak semua generasi kiwari yang mengenal sosok Bing Slamet secara utuh. Ini yang patut disayangkan.
Namun, upaya beberapa penyanyi sekarang semisal Glen Fredly, Dewi Sandra, Denny Wong Pitoe, Shelomita, dan Ruth Sahanaya, yang menafsir ulang lagu-lagu yang pernah dipopulerkan Bing Slamet adalah sebuah kerja yang patut diacungi jempol. Lagu bertajuk 'Belaian Sayang' dibawakan lagi oleh duet Glen Fredly dan Dewi Sandra juga dilagukan Ruth Sahanaya. Shelomita bersama grup jazz Opustre melantunkan 'Payung Fantasy' karya Ismail Marzuki yang lekat dengan citra Bing Slamet di akhir era 50-an. Denny Wong Pitoe malah mencoba menjadi impersonator Bing lewat 'Nurlaila', lagu yang pertamakali dinyanyikan Bing Slamet dalam film Bing Slamet Tukang Betjak (1959).
Bahkan dalam film Gie (2005) besutan sutradara Riri Riza, lagu Bing Slamet 'Gendjer Gendjer' yang terdapat pada album Mari Bersuka Ria dan dilarang oleh pemerintah rezim Orde Baru, tampil nyaris utuh dalam adegan yang memperlihatkan situasi politik di Jakarta pada era 60-an.
Anak Cilegon
Bing Slamet adalah pengagum Bing Crosby. Saking kagumnya pada entertainer dunia itu, dia lalu menyusupkan nama Bing di depan namanya sendiri. Bing Slamet dilahirkan pada 27 September 1927 di Cilegon, Banten. Ayahnya seorang mantri pasar bernama Rintrik Achmad. Bing Slamet seolah dilahirkan sebagai penghibur yang bertugas mengibur siapa saja. Bahagia dan gelak tawa kelak merupakan jasa yang ditampilkan Bing dalam kesempatan apa saja termasuk menghibur para pejuang dengan berkeliling Indonesia antara kurun waktu 1942-1945. Di balik corong mikrophone radio, Bing bahkan tampil sebagai agitator yang menyemangati pejuang menghalau kaum penjajah.
Sejak tahun 1939 dalam usia 12 tahun, Bing Slamet telah ikut mendukung Orkes Terang Bulan yang dipimpin Husin Kasimun. Bakat seninya yang luarbiasa mulai terlihat di sini. Setahun menjelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Bing ikut bergabung dengan kelompok teater Pantja Warna.
Tampaknya, seni merupakan dunia yang dipeluk Bing Slamet. Ia bahkan menampik keinginan orang tuanya yang mendamba sang putera tercinta untuk menjadi dokter maupun insinyur. Walau sempat mengenyam bangku HIS Pasundan, HIS Tirtayasa, Sjugakko, dan STM Pertambangan. Pilihan Bing bulat: mengabdi untuk seni.
Bing Slamet lalu bergabung pula pada Divisi VI Brawidjaja sebagai Barisan Penghibur. Di sini, kemampuannya bermusik dan melawak mulai terasah. Seolah tanpa pamrih, Bing lalu bersedia ditempatkan di kota mana saja. Bing yang mulai masuk Radio Republik Indonesia (RRI) kemudian ditempatkan di Yogyakarta dan Malang. Ia pun sempat bergabung di Radio Perjuangan Jawa Barat.
Di tahun 1949, untuk pertamakali suara baritone Bing Slamet menghiasi soundtrack film Menanti Kasih yang dibesut Mohammad Said dengan bintang A Hamid Arief dan Nila Djuwita .
Kariernya di bidang tarik suara sebetulnya terlecut ketika memasuki dunia radio. Di RRI, Bing Slamet banyak menyerap ilmu dan pengalaman dari pemusik Iskandar dan pemusik keroncong tenar, M Sagi, serta sahabat-sahabat musikal lainnya seperti Sjaifoel Bachrie, Soetedjo, dan Ismail Marzuki. Dan, yang banyak memengaruhinya adalah penyanyi Sam Saimun yang dikenalnya sejak bertugas di Yogyakarta pada tahun 1944. Bagi Bing, Sam Saimun adalah tokoh penyanyi panutannya. Tak sedikit yang menyebut timbre vokal Bing sangat mirip dengan Sam Saimun. ''Dia guru saya,'' ungkap Bing semasa hidupnya.
Main film
Di tahun 1950, Bing mulai menjejakkan kaki di dunia sinema sebagai aktor. Antara tahun 1950 sampai 1952, Bing Slamet aktif pada Dinas Angkatan Laut Surabaya dan Jakarta. Di tahun 1952 saat Bing ditempatkan lagi di Jakarta, dia bergabung di RRI Jakarta dan mulai aktif mengisi acara bersama Adi Karso. Bakat dan kemapuan musiknya mulai memuncak saat bergabung di RRI hingga tahun 1962.
Pada tahun 1955, Bing Slamet mulai menoreh prestasi dengan menjadi juara Bintang Radio untuk jenis Hiburan. Piringan hitam Bing pun mulai dirilis pada label Gembira Record dan Irama Record. Ia terampil menyanyikan langgam keroncong hingga pop dan jazz. Selain menyanyi, Bing pun memainkan gitar sekaligus menulis lagu. Salah satu tembang pertama yang ditulisnya bersama gitaris jazz, Dick Abell, adalah 'Cemas' .
Lalu, bermunculanlah lagu-lagu karya Bing Slamet lainnya, semisal 'Hanya Semalam', 'Risau', 'Padamu', 'Murai Kasih', hingga 'Belaian Sayang'. Lagu yang disebut terakhir dianggap sukses di mata khalayak. Masih ingatkah Anda ketika Bing Slamet menyanyikan dengan fasih lagu berbahasa Minang 'Sansaro' ? Atau dengan luwes Bing menyanyikan lagu 'Selayang Pandang' dari ranah Melayu? Tak pelak lagi, Bing adalah penyanyi serba bisa yang memiliki fleksibiltas tak tertandingi.
Rekaman rekaman single Bing Slamet di era 50-an diiringi oleh Orkes Keroncong M Sagi dan Irama Quartet yang didukung Nick Mamahit (piano), Dick Abell (gitar), Max Van Dalm (drum), dan Van Der Capellen (bas). Bing Slamet pun membangun sebuah kelompok musik yang diberi nama Mambetarumpajo, merupakan akronim dari Mambo, Beguine, Tango, Rhumba, Passo Double, dan Joged, yang saat itu adalah jenis musik untuk mengiringi dansa.
Di tahun 1963, pria ini membentuk sebuah grup musik yang diberi nama Eka Sapta dengan pendukungnya, antara lain Bing Slamet (gitar, perkusi, vokal), Idris Sardi (bass,biola), Lodewijk 'Ireng' Maulana (gitar, vokal), Benny Mustapha van Diest (drum), Itje Kumaunang (gitar), Darmono (vibraphone), dan Muljono (piano). Eka Sapta menjadi fokus perhatian, karena keterampilannya memainkan musik yang tengah tren pada zamannya. Eka Sapta lalu merilis sejumlah album pada label Bali Record, Canary Record, dan Metropolitan Records, yang kelak berubah menjadi Musica Studio's. Eka Sapta adalah kelompok musik pop yang terdepan di negeri ini pada era 60-an hingga awal 70-an.
Bing Slamet hebatnya mampu membagi konsentrasi antara bermain musik, menyanyi, bikin lagu, melawak, dan main film layar lebar. Setidaknya ada 20 film layar lebar yang dibintanginya, mulai dari era film hitam putih hingga berwarna. Bing pun tercatat beberapa kali membentuk grup lawak antara era 50-an hingga 70-an di antaranya Trio Los Gilos, Trio SAE, EBI, dan yang paling lama bertahan adalah Kwartet Jaya bersama Ateng, Iskak, dan Eddy Soed.
Untuk dedikasinya di bidang seni, Bing, pada 10 Juni 1972 menerima Piagam Penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. Sayangnya baru pada saat pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Puteri, Bing Slamet memperoleh Anugerah Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma di Istana Negara tanggal 7 November 2003.
Sayup-sayup masih terngiang suara Bing Slamet yang teduh dan sejuk melantunkan lagu 'Cemas' :
Sunyi kurasa sendiri jauh di alam ramai
Hanyalah bisikan angin sepoi menghembus perlahan
Menembus dada nan tak selalu bertirai
Karena ku susah menjelang surga.
Tapi, saya yakin Bing Slamet telah berada di surga, di sana dengan senyum menyungging.
Diskografi
Beberapa Album/Singles
1. Menanti Kasih (Lokananta)
2. Nurlaila (Irama Records)
3. Puspa Ragam Lagu Indonesia No 49 'Seruan Gembala' (Irama -IRA 65)
4. Puspa Ragam Lagu Indonesia No 50 'Aju Kesuma' (Irama -IRA 66)
5. Kr Moritsu - Bing Slamet dan Orkes Kerontjong M Sagi (Irama - IRK 125-1)
6. Es Lilin/Panon Hideung - Bing Slamet & Melodi Ria (Gembira Records RN 003)
7. Varia Malam Eka Sapta Nonstop Revue (Bali Record BLM 7002)
8. Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso (Irama LP 1 17588)
9. Kisah Pasar Baru Feat. Pajung Fantasi (Irama Records)
10. Eka Sapta - Eka Sapta (Mutiara ML 1001)
11. Burung Kutijija - Eka Sapta (Mutiara MEP 007)
12. Kasih Remadja - Eka Sapta (Bali Record BER 007)
13. Souvenir Pemilu 1971 Feat. Pohon Beringin
14. Bing dan Giman Bernyanyi - Eka Sapta (Bali Record 008)
15. Aneka Nada 12 Feat. Nonton Bioskop (Remaco RMC)
16. Bing Slamet dan Eka Sapta - Eka Sapta (Bali Records)
17. Romi dan Juli - Titiek Puspa & Bing Slamet (Canary Record TCC 1032)18.Gadjah Dungkul - Titiek Puspa,Bing Slamet & Indonesia Tiga (Canary)19.Nah Lu - Bing Slamet (Canary/Metropolitan)
20. Mak Tjomblang - Bing Slamet dan Maya Sopha (Bali Record/Remaco)
21. Album Kenang-kenangan Bing Slamet - Bali Record BCC01
22. Bing Slamet Tersayang - MGM Records
Filmografi
1.Solo di Waktu Malam (Borobudur Film,1952)
2.Di Simpang Djalan (Canary Film 1955)
3.Melati Sendja (Refic Film,1956)
4.Pilihlah Aku (Geliga Film,1956)
5.Radja Karet dari Singapura (Olympiad 1956)
6.Hari Libur (Anom Pictures,1957)
7.Tiga Buronan (Perfini 1957)
8.Bing Slamet Tukang Betjak (Golden Arrow,1959) Nurlela, Diwajahmu Kulihat Bulan, Tukang Betjak
9.Amor dan Humoir (Perfini 1961),
10.Kisah Pelawak (PT Dara Mega Film 1961)
11.Bing Slamet Merantau (Panah Mas Film 1962)
12.Bunga Putih (PT Agora Film 1966)
13.Hantjurnya Petualang (PT Sarinande Film 1966)
14.2 X 24 Jam (PT Bola Dunia Film 1967)
15.Juda Saba Desa (Wahju Film 1967)
16.Bing Slamet Setan Djalanan (Safari Sinar Sakti Film 1972)
17.Ambisi (Safari Sinar Sakti Film 1973)
18.Bing Slamet Dukun Palsu (Safari Sinar Sakti Film 1973)
19.Bing Slamet Sibuk (Safari Sinar Sakti Film 1973)
20.Bing Slamet Koboi Cengeng (safari Sinar Sakti Film 1973)
3 comments:
Wah ternyata, Mas seorang pecinta seni sejati. Salam.
hi thanks for choosing to sponsor the contest :) please could you tell me which link should i use? because i want to link back to all my sponsors. As you have so many blogs I'm confused. Please confirm :)
Regards,
cheth
Sorry if this is off topic. Just want to let you know that I'm the contest winner at Cheth studio xmas and new year contest. I think you sponsored a 1000 ec for the 3rd placer.
Have a nice day!
Post a Comment